Friday, July 10, 2009

Mengadu Kepada Tuhan

Ada suatu cerita yang menarik tuk didengar........

Ada suatu desa diberitakan bahwa desa tersebut akan terjadi hujan deras 3 hari berturut2.
oleh tim penyelamat telah menyerukan kepada penduduk desa agar segera mengungsi karena desa akan tenggelam oleh hujan yang deras itu.
Tetapi ada satu orang yang tidak mau ikut mengungsi.
Pada hari pertama ia berkata pada tim penyelamat:

"aku yakin tuhan pasti akan menyelamatkan ku"

Maka tim penyelamat pun pergi meninggalkan beliau.
Pada hari kedua desa sudah mulai banjir tim penyelamat datang kembali dengan membawa perahu dan pelampung.
salah satu dari mereka berkata:

"ayo tuan ikut dengan kami,desa ini akan tenggelam"

Tetapi orang tersebut malah naik ke lantai 2 rumahnya dan berkata:

"aku yakin tuhan pasti akan menyelamatkan ku"

kemudian tim penyelamat pun pergii meninggalkannya.

Pada hari ketiga banjir sudah sampai menenggelamkan rumah2,tim penyelamat pun datang kembali dengan membawa helikopter.
Salah satu dari mereka berkata:

"ayo tuan gunakan tali ini dan ikut kami mengungsi"

Tetapi orng tersebut yang kini duduk di atap rumahnya berkata:

"aku yakin tuhan pasti akan menyelamatkan ku"

Dengan berat hati tim peyelamat pergi meninggalkannya.
Dan akhirnya desa tersebut terendam banjir seluruhnya , orang tersebut pun meninggal.Saat di surga dia beremu dengan tuhan dan berkata pada tuhan dengan nada yang keras:

"TUHAN KEMANA SAJA KAMU MENGAPA KAU TIDAK MENYELAMATKAN KU SAAT AKU MEMBUTUH KAN PERTOLONGANMU"

"aku sudah mencoba untuk menyalamatkan anda sebanyak 3 kali,ujarnya.

"pertama tim penyelamat sudah meminta pada anda untuk mengungsi"

"kedua tim penyelamat sudah membawakan perahu dan pelampung untuk menyelamatkan anda"

"Dan yang terakhir,lanjutnya,aku sudah mengirimkan helikopter untuk menyelamatkan anda,tetapi anda tetap tidak mau"

akhirnya orang tersebut menangis dan menyesali perbuatannya.

"Terkadang tuhan menjawab doa kita dengan jawaban yang berbeda dari yang kita harapkan,terkadang jawaban itu tidak kita dapatkan sekarang tapi suatu saat nanti tuhan pasti menjawabnya."



Wednesday, July 08, 2009

Malam Pertama

Satu hal sebagai bahan renungan kita…

Tuk merenungkan indahnya malam pertama

Tapi bukan malam penuh kenikmatan duniawiah semata

Bukan malam pertama masuk ke peraduan Adam dan Hawa

Justru malam pertama ‘perkawinan’ kita dengan Sang Maut

Sebuah malam yang meninggalkan isak tangis sanak saudara

Hari itu…mempelai sangat dimanjakan

Mandipun…harus dimandikan

Seluruh badan kita terbuka….

Tak ada sehelai benangpun menutupinya..

Tak ada sedikitpun rasa malu…

Seluruh badan digosok dan dibersihkan

Kotoran dari lubang hidung dan anus dikeluarkan

Bahkan lubang ? lubang itupun ditutupi kapas putih…

Itulah sosok kita….

Itulah jasad kita waktu itu

Setelah dimandikan…,

Kitapun kan dipakaikan gaun cantik berwarna putih

Kain itu …jarang orang memakainya..

Karena bermerk sangat terkenal, yaitu Kafan

Wewangian ditaburkan ke baju kita…

Bagian kepala..,badan…, dan kaki diikatkan

Tataplah….tataplah…itulah wajah kita

Keranda pelaminan… langsung disiapkan

Pengantin bersanding sendirian…

Mempelai di arak keliling kampung bertandukan tetangga

Menuju istana keabadian sebagai simbol asal usul kita

Diiringi langkah gontai seluruh keluarga

Serta rasa haru para handai taulan

Gamelan syahdu bersyairkan adzan dan kalimah kudus

Akad nikahnya bacaan talkin…

Berwalikan liang lahat..

Saksi – saksinya nisan-nisan..yang tlah tiba duluan

Siraman air mawar..pengantar akhir kerinduan

dan akhirnya…..

Tiba masa pengantin..

Menunggu dan ditinggal sendirian…

Tuk mempertanggungjawabkan seluruh langkah kehidupan

Malam pertama bersama ‘kekasih’..

Ditemani rayap – rayap dan cacing tanah

Di kamar bertilamkan tanah..

Dan ketika 7 langkah tlah pergi….

Kitapun kan ditanyai oleh sang Malaikat…

Kita tak tahu apakah akan memperoleh Nikmat Kubur…

Ataukah kita kan memperoleh Siksa Kubur…..

Kita tak tahu…dan tak seorangpun yang tahu….

Tapi anehnya kita tak pernah galau ketakutan….

Padahal nikmat atau siksa yang kan kita terima

Kita sungkan sekali meneteskan air mata…

Seolah barang berharga yang sangat mahal…

Inilah masa menunggu sebelum tibanya hari akhir dari segala-galanya..

Akankah sejak malam ini kita menunggu untuk ke surga atau ke neraka..

Mungkin tak pantas kita rasanya menjadi ahli syurga…

Tapi….tapi ….sanggupkah kita menjadi ahli neraka…

Wahai Sahabat…mohon maaf…jika malam itu aku tak menemanimu

Bukan aku tak setia…

Bukan aku berkhianat….

Tapi itulah komitmen azali tentang hidup dan kehidupan

Rasa sayangku padamu lebih dari apa yang kau duga

Aku berdo’a…semoga kita bisa khusnul khotimah sehingga jadi ahli

syurga.

Amien….


Monday, July 06, 2009

Nasehat Kematian Umar bin Abdul Aziz

Suatu ketika, Umar bin Abdul Aziz mengiringi jenazah. Ketika semuanya telah bubar, Umar dan beberapa sahabatnya tidak beranjak dari kubur jenazah tadi. beberapa sahabatnya bertanya, “wahai Amirul Mukminin, ini adalah jenazah yang engkau menjadi walinya. Engkau menungguinya disini lalu akan meninggalkannya Lalu Umar bin Abdul Aziz menangis, dan berkata, “Ketahuilah, umur dunia hanya sedikit. Kemuliaan didalamnya adalah kehinaan. Pemudanya akan menjadi renta, dan yang hidup didalamnya akan mati. Celakalah yang tertipu olehnya.Janganlah kau tertipu oleh dunia. Orang yang tertipu adalah yang tertipu oleh dunia.Dimanakah penduduk yang membangun suatu kota, membelah sungai-sungainya dan menghiasinya dengan pepohonan, lalu tinggal didalamnya dalam jangka waktu sangat pendek. Mereka tertipu, menggunakan kesehatan yang dimiliki untuk berbuat maksiat.Demi Allah, di dunia mereka dicengkeram oleh hartanya – tak boleh begini dan begitu –, dan banyak orang yang dengki kepadanya.Apa yang diperbuat oleh tanah dan kerikil kuburan terhadap tubuhnya? Apa pula yang diperbuat binatang-binatang tanah terhadap tulang dan anggota tubuhnya?Dulu, di dunia mereka berada di tengah-tengah keluarga yang mengelilinginya. Diatas kasur yang empuk dan pembantu yang setia. Keluarga yang memuliakan dan kekasih yang menyertainya.Tetapi ketika semuanya berlalu, dan maut datang memanggil, lihatlah betapa dekat kuburan dengan tempat tinggalnya. Tanyakan kepada orang kaya, apa yang tersisa dari kekayaannya? Tanyakan pula kepada orang fakir, apa yang tersisa dari kefakirannya?Tanyalah mereka tentang lisan, yang sebelumnya mereka gunakan berbicara. Juga tentang mata yang mereka gunakan melihat hal-hal yang menyenangkan.Tanyakan tentang kulit yang lembut dan wajah yang menawan serta tubuh yang indah… apa yang dilakukan cacing tanah terhadap itu semua? Warnanya pudar, dagingnya dikunyah-kunyah, wajahnya terlumuri tanah. Hilanglah keindahannya. Tulang meremuk, badan membusuk dan dagingnya pun tercabik-cabik.Dimanakah para punggawa dan budak-budak? Dimana kawan… dimana simpanan harta benda? Demi Allah, mereka tidak membekali si mayit dengan kasur, bahkan tongkat untuk bertopang sekalipun. Dahulu dirumah mereka merasakan kenikmatan. Kini ia tenggelam dibawah benaman tanah.Bukankah kini mereka tinggal ditempat yang lusuh dan menjijikan? Bukankah sama saja bagi mereka; siang dan malam? Bukankah sekarang mereka tenggelam dalam pekatnya kegelapan? Tak ada lagi kesempatan untuk bertemu dengan orang-orang tercinta.Berapa banyak orang yang dulunya mulia, kini wajahnya hancur. anggota badannya tercerai berai. Mulut mereka belepotan dengan darah dan nanah. Binatang-binatang tanah mengerubuti jasad mereka, sehingga satu per satu anggota tubuh terlepas. Hingga akhirnya tak tersisa, kecuali hanya sebagian kecil saja.Mereka telah meninggalkan istananya. Berpindah dari tempat lapang ke lubang yang sempit. Sesudah itu, istri-istri mereka dinikahi orang lain. Anak-anaknya pun berkeliaran dijalan. Harta bendanya dibagi-bagi oleh ahli warisnya.Diantara mereka, ada pula yang dilapangkan kuburnya. Diberi kenikmatan dan bersenang-senang dengannya didalam kubur. Tetapi ada pula yang di adzab dalam sempitnya lubang kubur. Menyesali apa yang telah mereka kerjakan”. Umar lalu menangis dan berkata, “Wahai yang menjadi penghuni kubur esok hari, bagaimana dunia bisa menipumu? Dimana kafanmu… dimana minyak (wewangian untuk orang mati)mu, dan dimana dupamu? Bagaimana nanti ketika kamu telah berada dalam pelukan bumi.Celakalah aku, dari bagian tubuh yang mana pertama kali cacing tanah itu melumatku? Celakalah aku, dalam keadaan bagaimana aku kelak bertemu dengan malaikat maut, saat ruhku meninggalkan dunia? Keputusan apakah yang akan diturunkan oleh Rabbku?”.Ia menangis dan terus menangis, lalu pergi . Tak lebih dari satu pekan setelah itu, ia meninggal. Semoga ia dirahmati Allah
.